Lower Cost Or Market (LCM)

Akhirnya terposting juga catatan seperti ini dengan tujuan sebagai pengingat. Ketika mata dan pikiran harus bertemu kembali dengan materi seperti ini menjelang ujian.

Metode LOCOM (Lower of Cost or Market Method): Pelaporan pada Nilai Terendah antara Biaya dan Nilai Pasar atas investasi sementara. Untuk lebih mengerti, mari kita pahami dengan sebuah ilustrasi.

Pada akhir bulan Desember 2009, di gudang kita mempunyai persediaan sebanyak 20 pcs at cost @ Rp. 1.500.000. dan kita berencana akan menjualnya dengan harga @ Rp. 2.000.000, dan harga jual ini kompetitif dibandingkan dengan retail yang lain.

Nah, tiba-tiba pada tanggal 21 Des 2009, Samsung mengumumkan bahwa harga LCD Monitor itu turun dari Rp. 1.500.000 menjadi Rp. 1.350.000. Dengan adanya pengumuman tersebut, para competitor segera membeli produk LCD itu dengan harga yang telah ditetapkan dan mengiklankan kepada customer ada penurunan harga jual yang mulannya Rp.2.000.000 menjadi Rp. 1.850.000 per buah. Nah, di sini lah timbul masalah. Kita harus jula berapa sih? Kalau jual seharga dua juta kapan lakunya karena orang lain menjual dengan harga Rp 1.850.000.

Jika saja kita menurunkan harga menjadi sama dengan competitor lain, maka tentunya gross profit kita hanya akan menjadi Rp. 350.000/pcs dari yang awalnya direncanakan Rp 500.000/pcs. Dengan demikian, keuntungan yang akan didapat akan menurun sebesar Rp 3.000.000 jika dibandignkan dengan target sebelumnya..

Kemudian timbulah pertanyaan, kapan dan bagaimana “loss” ini dilaporkan dalam Laporan rugi laba? Apakah yang dicantumkan di Balance sheet per 31 Des inventory sebesar Rp. 30.000.000 atau sebesar Rp. 27.000.000?

Berdasarkan metode LCM ini, prosedur penilaian persediaan yang dilakukan adalah dengan memilih nilai yang terendah antara harga pokok dengan harga pasar. Metode ini diterapkan utnuk menilai persediaan yang memeiliki nilai di bawah cost awal yang disebabkan oleh kejadian-kejadian seperti perubahan tingkat harga, kerusakan dan lain sebagainya. Kondisi tersebut tentu akan menyebabkan kerugian perusahaan dan barang tentu pula perusahaan harus mengakui timbulnya kerugian tersebut :P

Nilai pasar dalam konteks ini (market) yaitu berarti cost untuk menggantikan suatu item dengan cara pembelian atau menghasilkan kembali iten tersebut (replacement cost).

Conservatism Principle

Seorang akuntan biasanya menghubungkan lower cost or market dengan aturan “conservatism principle”. Prinsip ini akan memberikan petunjuk atau arahan bagi seorang akuntan jika dihadapkan pada dua pilihan yang berbeda (dalam valuation amount). Prinsip ini secara langsung akan menuntun mereka untuk memilih amount yang akan mengakibatkan asset bernilai lebih kecil atau menurunkan profit. Nah lalu apa hubungannya istilah ini dengan kasus penjualan LCD monitor tadi? Hehehe….

Baiklah! Pada neraca tanggal 31 Des 2009, akuntan harus mamutuskan antara memilih nilai actual pembelian Rp. 1.500.000/ buah atau nilai penggantinya Rp. 1.350.000/buah untuk menampakan nilai inventory di Balance Sheet. Nah konsep konservatif ini akan memberi arahan bahwa akuntan harus me-reportkan nilai inventory sebesar @Rp 1.350.000 dan mengakui adanya loss/kerugian sebesar Rp 3.000.000 pada income statementnya. Tetapi dalam hal ini ada beberapa batasan dalam menentukan nilai pasar tersebut yaitu harga pasar tidak boleh melebihi nilai berseih yang terealisasikan (Net Realizable Value/NRV) dan nilai pasar tidak boleh lebih rendah dari NRV setelah dikurangi laba normal yang diharapkan. :P

Harga pasar selalu merupakan nilai tengah dari tiga nilai berikut : replacement cost, NRV dan NRV dikurangi laba normal.

Prosedur Penilaian Persediaan.

  1. Menentukan nilai pasar (market) yang ditentukan berdasarkan data nilai pengganti, taksiran harga jual, taksiran biaya penjualan, taksiran laba normal yang diharapkan. Dalam tahap ini batas bawah dan batas atas serta nilai pengganti dibandingkna untuk menentukan nilai pasar
  2. Batas atas (Ceilling Price) : merupakan nilai bersih direalisasikan yaitu harga jual – biaya penjualan. Jika nilai pengganti (replacement) > Ceilling maka Harga pasar adalah Ceilling Price.
  3. Batas bawah (Floor) : Nilai bersih direalisasikan – laba normal. Jika nilai pengganti (replacement) < Floor, maka Harga pasar adalah Floor.

 

Sebuah Catatan LCM dari tetangga sebelah.. 🙂

(http://eviramdani.wordpress.com/2010/04/26/lower-cost-or-market-lcm/)

 

Habibie dan Ainun

Di tengah kesibukan bulan ini, di tengah lelahnya raga karena setiap hari bekerja dan kuliah di malam hari, di tengah deadline skripsi yang mendekati tanggal penyerahannya, hari ini saya pun memutuskan untuk bergabung bersama teman-teman melanglang buana demi menyaksikan langsung bagaimana kesejatiaan cinta Pak Habibie kepada istrinya (Ibu Ainun). Sure, this movie is so touching and teaching the true role of woman in contemporer period ever.

habibie dan ainun2

Sebuah mahakarya film yang diadopsi langsung dari novel Habibie & Ainun, novel yang secara langsung ditulis oleh Bapak B.J. Habibie untuk mengenang almarhumah istri tercintanya. Movie ini diperankan secara totalitas oleh Reza Rahardian (sebagai Habibie) dan Bunga Citra Lestari (sebagai Ainun). Reza Rahardian yang sangat dikenal professional dalam peran skenarionya, dan kali ini mampu meniru gaya khas sang professor dengan logat Jerman yang “mengena”. Tak kalah bagusnya dengan peran BCL yang biasanya tampil cantik dan glamour, namun kali ini mampu menampilkan kesederhanaan sebagai pribadi alm. Ainun.

Sesungguhnya novel ini adalah manifestasi dari kisah perjalanan romantis kehidupan Habibie-Ainun serta menunjukkan secara langsung peran wanita yang sejatinya adalah penyokong dari suksesnya seorang pria. Bapak Bachruddin Jusuf Habibie adalah sosok laki-laki yang nasionalisme. Kejeniusan Pak Habibie sesungguhnya adalah aset bangsa yang sepatutnya diberdayakan. Namun sayang, pemerintah dan rakyat Indonesia banyak tidak menyadarinya. Bahkan “menyia-nyiakan” Pak Habibie, padahal Jerman pun mengakui dan sangat mengapresiasi kontribusi Pak Habibie dalam memajukan perindustrian strategis negara mereka.

Perjuangan nasionalisme Habibie sangat jelas terlihat di film ketika dia berhasil mendapatkan gelar doktor dan ingin mengabdikan seutuhnya dirinya untuk Indonesia, namun sayang bangsa ini menyia-nyiakan aset emasnya yang begitu cemerlang. Sesungguhnya kepulangan Habibie dari Jerman adalah untuk membangkitkan bangsa Indonesia bahwa Indonesia MAMPU membuat pesawat terbang sendiri, walaupun mereka tidak pernah percaya.  Namun dengan semangat dan cita-cita tingginya untuk menghubungkan 1500 pulau Indonesia dengan kemudahan transporatsi dan ringannya biaya, Pesawat N-250 yang merupakan karya anak negeri dengan rancangan yang menggunakan teknologi akhirnya berhasil diluncurkan pada tahun 1995 dan menjadi pesawat primadona pada saat itu.

Lebih lanjut, movie ini juga menyajikan adegan dramatisir, yaitu ketika Pak Habibie turun dari amanahnya memimpin Indonesia serta ditutupnya IPTN pada saat itu. IPTN adalah wadah Habibie dalam membangun perindustrian pesawat di Indonesia. Di depan Ibu Ainun dengan meneteskan air mata, Pak Habibie berkata: Seluruh hidupku kupersembahkan untuk Indonesia melalui pesawat ini. Dia (pesawat yang ditunjuk oleh Habibie di depan Ainun) telah menyitakan waktuku darimu dan anak-anak. Semoga melalui kisah Bapak dan Ibu presiden ke-3 Republik Indonesia, bangsa Indonesia ke depannya lebih percaya terhadap kemampuan anak bangsanya sendiri.

———————————————————————————————————-

Pertemuan Pak Habibie dan Bu Ainun diawali dari masa kecil mereka saat menduduki bangku SMA, mereka adalah dua bintang kelas yang sangat populer di sekolah. Ibu Ainun dikenal sebagai primadona sekolah dan Pak Habibie adalah sosok yangterkenal jago bidang saintis. Guru mereka juga sering menjodohkan mereka karena kepintaran serupa yang mereka miliki. Bahkan saat ditanya mengenai mengenai mengapa warna langit itu biru, mereka menjawabnya dengan jawaban saintis yang sama.

Sebenarnya Ibu Ainun adalah sosok wanita yang manis (oleh karena itu pak Habibie memanggilnya dengan sebutan “gula jawa”). Namun Pak Habibie gengsi untuk mengakuinya. Walaupun sebagai “putri” sekolah, hal ini tidak menggetarkan hati Habibie remaja untuk mendekatiya. Sepulang dari luar negeri untuk menempuh pendidikan, pak Habibie baru muali menyadari pesona bu Ainun, saat bermain ke rumah temannya yang kebetulan adalah kakak dari bu Ainun.

Beliau tiba-tiba melihat Ainun sedang memakai pakaian kasual gadis jawa sambil duduk menikmati jahitan di depan di mesin jahit, hal ini membuat Habibie terperangah dan beliau berkata:

Ainun, cantik sekali. Bagaimana mungkin gula jawa telah berubah menjadi gula pasir?

Kisah ini berlanjut hingga akhirnya mereka dipertemukan menjadi satu di pelaminan. Hingga Pak Habibie pun mengucapkan kata demikian:

Terimakasih ya Allah Engkau lahirkan aku untuk Ainun dan Ainun untuk saya.

Terimakasih ya Allah Engkau pertemukan aku dengan Ainun dan Ainun dengan saya.

habibie dan ainun

Kisah cinta sejati Habibie-Ainun menyertai kehidupan rumah tangga mereka yang sakinah. Bu Ainun telah mampu menjalankan perannya sebagai istri dengan sempurna. Beliau adalah sosok wanita yang mampu melahirkan suami seperti Habibie. Di balik kuat dan gentarnya seorang Habibie, ada peran Ainun di belakangnya. Di balik kesuksesan anak-anak mereka, ada peran sang Ainun yang menjadi guru di madrasah rumah tangga mereka. Ibu Ainun adalah seorang dokter, namun dia memilih untuk tidak bekerja karena ingin mengabdikan sepenuh dirinya bagi suami dan anak-anaknya. Beliau tidak ingin kasih dan sayangnya diberikan kepada yang orang lain dan beliau pun tidak ingin anak-anaknya mendapatkan cinta kasih dari tangan wanita lain (perawat/pengasuh anak). Berikut ucapan Bu Ainun:

“Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya berpikir buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya hanya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?

Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, dan saya bentuk pribadinya sendiri? Anak saya akan tidak memiliki ibu.

Seimbangkah anak kehilangan ibu bapaknya, seimbangkah orang tua kehilangan anaknya, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Bertahun- tahun kami bertiga hidup begitu.”

Ibu Ainun memang merupakan sumber inspirasi Bapak Habibie. Sumber kekuatan terbesar Habibie dalam menjalani hidupnya. Hal ini terbukti langsung ketika Ibu Ainun telah meninggal. Betapa Bapak Habibie begitu kehilangan separuh jiwanya.

*separuh jiwaku pergi*

Dalam 48 tahun 10 hari kami bersama,tak pernah kami berpisah..

Saya tidak pernah menyangka ada perasaan yang sehebat ini„,tapi sekaligus perih juga…

Saya tidak pernah bayangkan akan kehilangan seperti ini…

Tapi saya yakin„walaupun separuh jiwa saya serasa pergi„

tapi Ibu tetap tinggal di dalam ini (sambil menepuk dada)

Setiap saya memejamkan mata„

saya merasa bisa melihat Ibu di setiap ruangan ini..”

Kata kata selanjutnya yang beliau lontarkan diucapkan sedemikian rupa agar beliau bisa tegar tanpa separuh jiwanya.

“Aku ingat lekat sepasang mata dan senyumannya,

kini aku merasakan bayang matanya menghilang perlahan – lahan.

Itu masalahku, dan harus kuatasi itu.

ibu memang sudah pergi, tapi dia tidak pernah pergi dari hati saya”

jika kamu punya rencana masa depan,

saya tidak punya hak untuk tidak menjunjung tinggi rencana dan harapan masa depan kamu itu.”

Sepanjang episode ini saya benar- benar menitikkan air mata. Ternyata ada juga kisah cinta antara manusia yang dilandasi rasa cinta murni seperti kisah pak Habibie dan bu Ainun. Catatan terakhir yang bisa saya sharing adalah surat terakhir Bapak Habibie untuk Almarumah Ibu Ainun.

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,

sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,

hatiku seperti tak di tempatnya,

dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang,

rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,

aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,

tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,

kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,

Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang,

cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….

(BJ.HABIBIE)

Sebuah kado kalimat cinta untuk seluruh wanita yang merupakan sumber kekuatan tertinggi bagi laki-laki:

“Banyak pria hebat menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang tertinggi. Selalu ada perempuan kuat dibalik lelaki hebat. Entah itu berperan sebagai ibu, isteri, kekasih, atau sahabat. Karena itu, ia dianggap sebagai tonggak –tonggak penyangga sebuah peradaban”.

Tunjukkan Peran Mahasiswamu dengan Peduli Palestina

Palestina. Sebuah kata yang sudah tidak asing didengar. Sebuah Negara yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian dunia karena berbagai tindakan tidak berkeprimanusiaan terjadi disana. Diperangi, dirudal, dibom, dibantai secara massal oleh negara Israel telah dialami rakyat Palestina. Berbagai negara ikut mengecam kebrutalan Israel tersebut. Saat ini cita-cita rakyat Palestina hanya satu, yaitu dapat sepenuhnya merdeka dan terlepas dari penjajahan zionis Israel. Masyarakat seluruh dunia pun menaruh simpati terhadap tragedi kemanusiaan dan bentuk penjajahan di Palestina. Hal ini ditunjukan dengan adanya bukti nyata kemarahan dari masyarakat di belahan dunia yang meneriakkan Save Gaza, Save Palestina. Seperti pada aksi demonstrasi pemuda-pemudi korea agar pemerintahan turut serta mengambil tindakan nyata untuk kebebasan Palestina. Demonstrasi ini sebenarnya ditujukan langsung kepada PBB selaku ”Juru Keadilan Dunia” untuk menekan Israel agar menghentikan serangannya kepada warga Gaza, Palestina.

 

Lalu bagaimana dengan peran Indonesia seharusnya?
Jika melihat sejarah, Indonesia seharusnya menjadi garda terdepan dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Mengapa? Karena Palestina adalah negara pertama yang mendukung kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Mendukung penuh kemerdekaan Indonesia di saat mereka sendiri sejatinya belum merdeka. Soekarno (1962) mengatakan bahwa ” Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”. Bukti otentik telah ada dan seharusnya menjadi pengingat penuh warga Indonesia untuk terlibat langsung membantu warga Palestina.

 

Dan bagaimana dengan pemuda-pemudi Indonesia dalam menyikapi kasus Palestina?
Universitas adalah pilar karantina substansial yang berperan sebagai simbol intelektualitas dan pencetak tenaga pembangun bangsa. Universitas pun diharapkan dapat menjadi sebuah inkubator moral pemimpin masa depan, sehingga mereka yang beridentitas sebagai mahasiswa seharusnya memahami peran nyatanya. Namun sangat disayangkan masih banyak mahasiswa yang bersikap apatis atas tragedi yang terjadi di Palestina. Tidak sedikitnya mahasiswa yang masih ”membisu” dan hanya melihat saja. Padahal mahasiswa adalah aset bangsa. Jika mahasiswa sebagai agen perubahan sosial yang selalu dituntut untuk menunjukkan peranannya dalam kehidupan nyata sudah bersikap apatis, maka siapa lagi yang akan menggantikan peran mereka?
Walau tidak dinafikan lagi bahwa Indonesia telah menunjukkan sikap kepeduliaannya kepada Palestina yang dibuktikan dengan adanya penggalangan donasi dan solidaritas di berbagai daerah dan juga adanya sikap pemerintah yang mengirimkan beberapa anggota kementerian untuk terjun langsung ke Paletina, namun selayaknya sebagai agen perubahan kita seharusnya peka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dan tidak bersikap apatis.
Oleh karenanya, saya bermaksud mengajak teman-teman mahasiswa dan pemuda untuk peduli dengan kasus Palestina. Mari kita menyalurkan rasa kemanusiaan kita untuk membantu Palestina dengan hal-hal kecil yang riil. Misalnya dengan menginisiasi penggalangan dana dan mendonasikannya ke lembaga yang berwenang. Atau dengan membuat sebuah gebrakan baru untuk menginisiasi tindakan yang bisa menyalurkan aspirasi mahasiswa kepada penguasa yang hanya diam terhadap permasalahan ini. Yakinlah bahwa peran kita tengah diharapkan oleh mereka disana.
Akhir kata, ” Langit di Gaza tidak secerah langit di tempat tinggal kita”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kapasitas Pengetahuan, Penghantar suatu pertanyaan, “Muslimkah Kita?”

 

Indonesia dikenal dengan Negara yang berpenduduk muslim terbesar. Namun yang menjadi pertanyaan apakah identitas muslim tersebut selaras dengan muslim yang sebenarnya sesuai dengan Diin Islam, ataukah hanya identitas KTP semata? Ekstrimnya, banyak yang beridentitas muslim dengan gampangnya berpindah aqidah, seakan– akan agama serupa dengan persinggahan dan ketika telah selesai, tanpa berpikir panjang pergi ke persinggahan lain.

Inilah realita kehidupan muslim di Indonesia. Masih banyak fenomena muslim lainnya yang menggelayuti kehidupan. Ambil saja contoh yang terkait politik, tentunya sekarang kita bermain secara menegara (institusi) untuk pembahasan ini. Dengan jumlah muslim yang begitu besar, seharusnya dapat menjadikan Indonesia menjadi Negara yang maju secara intelektual dan spiritual. Karena pada kenyataannya, para pemegang kekuasaan Negara ini pun beridentitas muslim. Tapi, dalam episode kenegaraan yang juga merambat hingga kedaerahan, krisis moral masih merajalela, kepentingan golongan diprioritaskan, mereka yang mengakui diri sebagai “orang besar” saling berlomba – lomba merauk keuntungan kekuasaan, dan apakah mereka masih dapat dikatakan sebagai seorang muslim?

Sebenarnya hanya ada satu jawaban atas ini, yakni lemahnya pengetahuan muslim di Indonesia atas Diin mereka sendiri, Al – Islam. Seseorang tidak akan menjadi muslim tanpa pengetahuan di dalam dirinya. Bagaimana bisa ia menyatakan diri sebagai seorang muslim tanpa mengetahui perbedaan antara orang – orang kafir dan fasik, antara riya’ dan syirik, dan sebagainya? Bagaimana ia boleh mendakwa beriman kepada ajaran tersebut dan mempraktikkannya? Dan bila ia menyatakan keimanannya tanpa kesadaran dan tanpa pengertian mengenai ajaran tersebut, Bagaimana ia dapat menjadi seorang Muslim? Sesuatu yang tidak mungkin untuk menjadi seorang Muslim dan hidup sebagai seorang Muslim tanpa pengetahuan apa-apa.

 

Sekarang, siapakah yang dinamakan seorang muslim itu?

Siapa yang dinamakan Muslim dan apa artinya menjadi seorang Muslim? Bila seorang Muslim tidak tahu arti yang sebenarnya dari menjadi seorang Muslim dan apa bedanya seorang Muslim dengan seorang bukan Muslim, maka ia akan berbuat seperti seorang yang bukan Muslim dan tidak akan merasakan kebanggaan menjadi seorang Muslim. Setiap Muslim harus mengetahui apa artinya mengikrarkan diri sebagai Muslim, dan perbedaan apa yang timbul dalam kedudukannya sesudah ia menjadi Muslim. Tanggung jawab yang seperti apa yang ada di belakang keberadaannya sebagai Muslim, dan bagaimana ia merealisasikan tanggung jawab tersebut, serta batasan – batasan apa yang harus ia perhatikan dalam pelaksanaan tanggung jawab tersebut. Dan tentunya kesemua ini butuh pengetahuan yang mendalam. Begitulah ucap Abul A’la Al-Maududi dalam mengekspresikan makna seorang muslim.

Dan apakah dengan terlahir dari rahim orang tua yang Islam, seseorang dapat dikatakan muslim?

Nikmat yang terbesar adalah ketika terlahir sebagai mukmin dari rahim seorang mukmin. Namun, tidak ada kepastian yang menjamin muslim atau tidaknya seorang manusia. Identitas boleh muslim, namun hati dan jiwa belum tentu muslim, jika pengetahuan akan Islam pun belum ada. Disini lah pengetahuan memainkan perannya dalam hal aplikatif tindakan sebagai muslim. Dan pengetahuan seorang muslim hanya bersumber pada dua kekuatan besar, yakni Al – Quran dan Hadist. Jadikan dua sumber mulia ini sebagai ideologi hidup, cahaya untuk menjadi muslim yang paripurna. Jika tidak, maka jangan sekali – sekali dengan lantang mengatakan ‘I am a moslem”, karena Islam butuh pembuktian, bukan ucapan, dan pembuktian dalam Islam adalah dengan berdakwah (tabligh) yang sangat erat dengan sintesis penerapan Al – Quran dan Hadist dengan ilmu pengetahuan yang komprehensif.

Islam adalah tabligh (menyampaikan atau meneruskan syiar panji – panji agama Allah), dan bagaimana mungkin sesorang bisa bertabligh jika dirinya tidak memiliki pengetahuan? Seperti membimbing seseorang yang tersesat dalam kegelapan, namun tanpa penerang apa pun, dan akhirnya semakin tersesat. Dan Islam adalah sebutan terhadap pengetahuandan tindakan mempraktikkanpengetahuan tersebut (Al – Maududi, Manhaj Seorang Muslim). Seseorang tidak dapat menjadi seorang Muslim tanpa memiliki pengetahuan, karena Islam tidak diperoleh kerana faktor keturunan, tetapi karena pengetahuan.

Pengetahuan adalah kunci pembeda antara orang – orang kafir dan mukmin. Karena orang – orang kafir tidak mengetahui secara jelas hakikat hidupnya di dunia, mereka tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan Tuhannya, apa hubungan nyata mereka terhadap Tuhan, apa yang Tuhan inginkan terhadap mereka serta tidak tahu cara hidup yang mana yang harus dijalaninya di dunia ini, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka hanya hidup berdasarkan pemikiran mereka yang diiringi dengan pengetahuan dunia, pengetahuan yang dibuat oleh manusia, pengetahuan yang secara tidak langsung adalah pemikiran manusia, dan pemikiran manusia itu ada batasnya.

Dan Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang beriman di antara kamu dan orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat (Q.S. Mujadilah: 11)”, ayat ini sangat jelas sebagai pernyataan bahwa seorang muslim itu harus memiliki ilmu pengetahuan, sehingga kemuliaan muslim bisa tersemat di pribadi masing – masing. Ibnu katsir di dalam tafsirnya juga mengatakan bahwa Allah sangat baik kepada manusia karena Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui oleh manusia itu. Sehingga dengan ilmu Allah memuliakan manusia di bandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya.. Oleh karena itu, seseorang yang mengakui dirinya sebagai muslim, tak ada pilihan lain untuk tidak selalu “Iqra: Membaca” sebagaimana kalimah pertama yang disampaikan jibril kepada Rasulullah saw. Dan ini sebagai pondasi utama untuk mengkokohkan bangunan Islam dalam melawan pemikiran musuh – musuh Islam. Untuk itu, dalam memanifestasikannya dalam beriman, berakhlak, dan berbudi perangai mulia sebagai bentuk pengakuan kita secara nyata bergabung dalam komunitas muslim, idealnya kita memiliki kapasitas pengetahuan yang besar, mampu merangsang gagasan untuk menciptakan kemajuan – kemajuan baru, dan memiliki azzam yang kuat dan kokoh untuk selalu menggali ilmu agar mampu bertahan ketika ada yang ingin menggoyangkan keimanan kita, serta mempertahankan izzah muslim dimana pun kita berada.

_Agama tidak cukup dengan gairah yang besar, karena agama butuh pengetahuan yang benar_

Lahirnya Kembali Qiyadah Pembaharu (Dr. Muhammad Mursi)

Semenjak diumumkannya secara resmi DR Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir terpilih oleh KPU Mesir malam tadi (Ahad, 24/6/12 sekitar pukul 20.40 WIB) beredarlah seluruh dokumentasi kebahagiaan yang berupa rasa syukur diliputi harunya tangis semua warga Mesir. Dalam jenjang waktu 10 jam terakhir, beragam media dipenuhi oleh berita kemenangan Islam dengan hadirnya sosok qiyadah yang dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Mesir khususnya dan seluruh ummat muslim pada umumnya.

Pada hakikatnya, kemenangan terpilihnya Mursi sebagai presiden adalah kemenangan bersama kaum muslimin. Hal ini terlihat dari tidak hanya rakyat Mesir yang menyambut dengan gembiranya kemenangan Mursi, namun juga warga palestina dengan gegap gempitanya merayakan terpilihnya sang Imam yang berasal dari Ikhwanul Muslimin ini. Mulai dari warga biasa, pejuang Al Qassam, hingga pejabat pemerintah Gaza. Sejuta harapan Palestina membuncah bersama terpilihnya Mursi sebagai presiden Mesir (Kutipan berita dari bersamadakwah.com). Dengan hadirnya sosok pemimpin seperti ini diharapkan dapat menjadi imun energi baru bagi para pejuang muslim yang selalu bercita-cita mulia dalam menghadirkan imam negara yang adil secara lahir dan batin.

Fakta akan janji Allah pun semakin terbentang dengan sejarah baru ini. Tidak ada sedikitpun yang bergeser dari janjinya, bahkan janji pasti itu datang lebih cepat. “Allah mengutuskan pada ummat ini di setiap awal 100 tahun, orang yang akan memperbaharui urusan agama-Nya (mujaddid)”. (Dari Abu Hurairah). Setelah 80 tahun lebih Ikhwanul Muslmin didzolimi, dilarang, dipenjara dan berbagai fitnah dari penguasa Mesir silih berganti, maka kehadiran Musir dapat menjadi angin segar sebagai langkah pembaharuan kebangkitan Islam dari negeri piramida yang menjadi sorotan negara tetangga lainnya.

Panjangnya jalan yang dilewati serta beratnya ujian yang telah dilalui memperlihatkan bahwa suatu kemenangan akan dicapai pada saatnya. Derasnya semangat, kegigihan, dan revolusi dari rakyat mesir dalam mendukung dan memperjuangkan pemimpin yang adil membuktikan bahwa pemimpin yang terpilih merupakan cermin rakyatnya sendiri. Begitupun sebaliknya pada kasus suatu negara dimana rakyatnya yang mudah disuap, maka akah hadir pula pemimpin yang demikian.

Semoga Indonesia dapat berkaca dari realita yang ada. Sehingga kebangkitan itu pun akan dijumpai di negeri yang notabenenya begitu subur dengan sejumlah kekayaan alam yang ada. Allahumma aamiin.

Hanya Sebatas Populeritas Kah?

 

Miris rasanya jika melihat kondisi dakwah di berbagai kampus yang saya lihat. Tidak hanya beberapa kampus saja yang mengalami ini, namun hampir semua menghadapi problematika yang sama. Masalah kader, masalah sumber daya yang akan menginfakkan jiwanya di jalan dakwah. Minimnya keinginan para pemuda untuk mengalihkan penuh perhatiannya ke lembaga dakwah kampusnya.

Kampus adalah pilar karantina substansial yang berperan sebagai simbol intelektualitas dan pencetak tenaga pembangun bangsa. Disini banyak sekali organisasi yang bercokol di dalamnya sebagai realisasi kreativitas mahasiswa untuk menunjukkan aktualisasi diri sebagai agen perubahan. Banyaknya suguhan organisasi akademik dan nonakademik yang bertengger di kampus tentunya selalu dikerumuni oleh massa dari berbagai kalangan.

Tidak pernah ada kata “kekurangan SDM” untuk kategori Unit Kegiatan Mahasiswa. Selalu ada generasi yang mencuat ketika proses kaderisasi dieksekusi. Eksistensi dan populeritas menjadi bagian penuh dari dikukuhkannya mereka dalam wadah kreativitas diri di atas. Tak perlu ada ajakan, pendekatan personal, jarkoman sms, dan media lainnya ketika regenerasi organisasi jenis ini dimulai. Seperti semut yang mendatangi gula, akan ada secara terbuka mereka yang ingin bergabung.

Lalu, apa bedanya dengan organisasi kerohanian Islam yakni LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dibandingkan jenis organisasi di atas? Mengapa organisasi di atas selalu menjadi prioritas pemuda dalam pemberian penuh tanggung jawabnya? Bahkan mungkin hanya sisa perhatian yang diberikan kepada LDK. Sebagai prioritas kedua. Astaghfirullah. Semoga ini hanya dalam pengamat saya saja.

 

Realita seperti ini tak bisa kita elakkan. Hal ini seperti sudah menjadi darah daging dalam sejarah kampus terkait organisasi. Sulit untuk mengubah pandangan pemuda yang memiliki kecenderungan kalau organisasi Islam di kampus adalah untuk mereka yang alim, untuk mereka yang dengan jilbabnya yang lebar dan untuk mereka yang umumnya memiliki jenggot, tanda hitam di kening, dan celana yang menggantung. Kenyataan ini juga diperkuat dengan kurangnya peserta yang hadir dalam acara-acara islami yang digelar di kampus.

Saya agak kaget ketiga mendengar salah seorang adik kelas yang pada saat itu masuk ke ruangan di mana acara LDK sedang berlangsung. Secara spontan dia berkata, “Wah, salah masuk ruangan saya.” Dan saat itu juga spontan saya menanyakan apakah dia seorang muslim kepada salah seorang temannya yang menghadiri kajian tersebut, dia menyampaikan bahwa temannya tadi adalah seorang muslim. Banyak yang saya tanyakan terkait permasalahan ini dan satu kesimpulan yang saya tangkap dari penjelasannya adalah LDK terlihat dan terkesan terlalu strik di mata orang awam, citranya yang hanya menanungi mereka yang telah tertarbiyah dan memahami Islam saja yang berhak menikmatinya. Padahal yang kita ketahui dakwah adalah tabligh (menyampaikan atau meneruskan syiar panji – panji agama Allah), mengajak, mempengaruhi, memberikan pemahaman agar terbentuk pribadi muslim yang kuat dengan tsaqofah islamiyah. Dakwah adalah tarbiyah (pendidikan). Dan anggota LDK adalah seluruh mahasiswa muslim di kampus terkait, tidak ada perbedaan satu sama lain, justru target sesungguhnya dakwah adalah mengajak mereka yang belum paham dan masih baru pengetahuannya untuk dibina. Baru kemudian memantapkan mereka yang paham agar mampu kelak dapat menjadi penyampai (murobbi/yah). Kalimat tersebut rasanya ingin sekali saya teriakkan ke seantero kampus, namun keinginan tersebut saya tahan. Biarlah di forum diskusi kalimat ini saya haturkan kembali.

Jika mengamati realita yang ada, maka dalam pandang saya faktor utama yang merupakan sinyal kurangnya minat mereka terhadap organisasi islam kampus adalah POPULERITAS. Kita ketahui bersama bahwasanya kampus adalah masa transisi mereka yang baru saja menikmati masa-masa remaja yang penuh dengan aktualisasi diri dengan segala eksistensi yang ada. Ekspresi diri ini tentunya akan diarahkan lebih jauh ketika mereka memasuki fase menjadi mahasiswa. Semua kreativitas dan bakat terpendam akan disinyalir menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pupuleritas adalah kunci eksekusinya. Ketika hasrat mengekspos kemampuan diri yang bisa disalurkan terpenuhi, maka dengan sendirinya eksistensi diri akan mencuat. Senator Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, UKM baik akademik dan nonakademik adalah sarana bagi mereka yang ingin mengakselerasikan diri. Menjadi bagian dari mereka adalah keinginan semua mahasiswa yang memandang bahwa dirinya akan semakin mudah dikenal oleh entitas kampus jika mereka bergabung ke dalamnya. Sehingga prioritas tanggung jawab dan perhatian pada umumnya diletakkan pada level jenis organisasi tersebut. Lain halnya dengan LDK. LDK adalah sarana yang mengurusi keummatan. Mainnannya hanya berkutik pada jenis kegiatan keagamaan yang terbungkus secara modern. Menghidupkan suasana Islami di kampus. Memposisikan diri layaknya seorang da’i yang terus menerus merangkai tausiyah yang kemudian disebar ke teman-teman mahasiswa lain. Dan itu bukan ranah saya. Bukan bagian saya. Biarlah mereka yang fahim yang menjalankan semua itu. Begitulah pikiran-pikiran mahasiwa yang menganggap LDK hanya untuk mereka yang pantas memilikinya. Tidak ada populeritas. Tidak ada ladang untuk mengeksistensikan diri. Dari sini terlihat masih dangkalnya mindset atas keberadaan lembaga dakwah dan masih kurangnya pemahaman pemuda atas keberadaan jati dirinya sebagai penegak panji risalahNya di kampus.

Sekarang izinkan saya memberi sedikit pandangan. Tidak cukupkah janji Allah SWT ini untuk kita. Untuk mereka yang selalu berjuang menegakkan syariat di manapun mereka berada. Apa yang Antum cari sebenarnya?
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Agama Allah, niscaya Dia akan Menolongmu dan Meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad:7)

Dan belum lengkapkah perhatian Rasulullah agar kita sebagai pemuda selalu diperlakukan dengan baik karena rasa bangganya beliau kepada kita.
“Aku pesankan agar kalian berbuat baik kepada para pemuda, karena sebenarnya hati mereka itu lembut. Allah telah mengutus aku dengan agama yang lurus dan penuh toleransi, lalu para pemuda bergabung memberikan dukungan kepadaku. Sementara para orang tua menentangku.” (Al-Hadist)

Perjalanan dalam merintis medan dakwah memang panjang dan penuh dengan duri. Tidak ada kenikmatan material dan populeritas yang kita dapatkan. Jika jalan dakwah itu secara gampang diemban, mungkin cukuplah Muhammad yang mengembannya, namun kenyataannya tidak seperti itu. Begitu banyak pihak yang terlibat, mulai dari keluarga, sanak saudara, para sahabat, mereka bersatu dalam satu visi untuk meneruskan ajaran yang sebelumnya telah dibawa Ibrahim kemudian diselewengkan oleh mereka yang tidak mengerti.

Saya sangat mengapresiasi mereka yang benar-benar fokus pada organisasi dakwah. Seperti halnya pada adik kelas yang menghentikan tahap terakhirnya mengikuti kaderisasi BEM dengan alasan yang sangat lugas dan jelas adalah karena keinginan untuk mengurus LDK. Niat awal keikutsertaan ini adalah keinginan untuk mengikuti sistem pengkaderan di BEM yang mungkin bisa dijadikan referensi dalam merekonstruksi sistem kaderisasi di LDK. Juga terenyuh pada status adik tingkat yang saat ini telah mengemban amanah yang substansial di LDK dengan menuliskan “Harusnya dari dulu aku melihat jalan ini, yang kelihatannya berbatu tajam tapi ada hadiah terbesar di ujungnya. Daripada jalanku dulu, yang kelihatan mudah tapi bahkan aku tida
k pernah menemukan jawaban apa yang ada di ujungnya
“.

 

Mari kita renungi kata-kata ampuh ust. Rahmat Abdullah yang menggentarkan:

“Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai. Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu.”

Jangan pernah berhenti berdakwah karena dakwah bukanlah sebuah profesi namun suatu kewajiban yang berada di pundak-pundak pejuang sejati. Juga jangan pernah memikirkan populertias dunia. Nasihat kecil ini bukan berarti untuk membatasi ruang gerak antum untuk berpolitik di kampus, mengikutsertakan diri menjadi bagian dari organisasi formal kampus. Justru itu sangat penting, untuk pelebaran sayap syiar dakwah kita. Maka bagilah peran dan tanggung jawab antum sesuai dengan proporsionalnya. Jangan pernah lebih memberatkan dan mengkorupsikan pikiran antum hanya pada organisasi formal di atas. Tanggung jawab kita lebih tepatnya pada keberadaan dakwah di kampus.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Namun semua kelelahan, rasa bosan, rasa sakit, adalah sebagai tiket atau mahar kita untuk bertemu denganNya di surga kelak. InsyaAllah. Allahumma Aamiin.

Dia “Muhammad Al-Fatih”

Masih ingat kah dengan peristiwa kemenangan dan kejayaan Islam 559 tahun yang silam? yang bertepatan dengan 1453 M.
Sebuah ukiran sejarah kemenangan Islam di tangan seorang pemuda.
Dia lah pemuda yang selalu disebut-sebut oleh baginda Rasulullah.
Dia adalah Muhammad Al-Fatih.
Penakluk kota konstantinopel.

Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.

Dimulai dari hadits: nabi SAW bersabda, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. #alFatih1453 Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?

Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits sebelumnya: 1) Konstantinopel 2) Rumiyah.

Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Konstantinopel (Istanbul). Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Karena letaknya yg strategis di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Sehingga banyak bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, dan Arab Muslim ingin menguasainya dan menaklukannya.

Sejak Rasul SAW mengeluarkan pernyataannya (hadits sebelumnya) generasi berikutnya dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’in tabi’in bani ummayah bani abbasyiah berusaha untuk menaklukannya. Tetapi mereka blm juga berhasil, dimasa sahabat sudah dekat pintu Konstatin menjemput syahidnya Ayyub Al-Anshari dibawah dinding Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H zaman Mu”awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ”Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah.

Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Pada awal kurun ke-8 H Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menaklukan Konstantinopel.

Usahanya di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung Pelabuhan Konstatin tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan meluluhlantahkan barisan Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasiL. Karena Usia juga Sultan Murad II berhenti dari jabatannya di tengah begitu banyak problem, baik internal maupun eksternal. Sementara khilafah sedang menghadapi serangan bertubi-tubi dari tentara kerajaan Romawi Timur.

Sebelum kembali menuju cerita Sultan Muhammad. Sedikit flashback tentang geografi dan kekuatan Kota Konstatinopel.

Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah menjadikannya sebagai ibukota pemerintahan Byzantium.Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan Tanduk Emas (golden horn) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Catat “rantai yg sangat besar terpasang dalam Lautan yg kokoh beserta benteng yang berdiri tegak yang membuat takjub lawan” konon ini juga dipakai dijaman Pemerintahan kolonial Belanda terpasang dalam Lautan di Kepulaun Seribu.

Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah sampai Tanduk Emas. Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki, benteng-benteng tinggi yang pagar bagian luarnya saja memiliki ketinggian 25 kaki, selain tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmarah sampai Tanduk Emas. Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki, benteng-benteng tinggi yang pagar bagian luarnya saja memiliki ketinggian 25 kaki, selain tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh Napoleon Bonaparte; “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!“.

Konon kembali dalam berbagai sejarah Napoleon Bonaparte sepulang berlayar dari Prancis beliau mendalami Islam. Dan ada sejarawan mengatakan beliau Muslim. kembali ke Sultan Muhammad. Dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah (tidak jauh dari Konstatin). Sultan Murad II, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Beliau melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ”ulama terulung di zamannya. yaitu Asy-Syeikh Muhammad bin Isma”il Al-Kurani telah menjadi murabbi Sultan Muhamma. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ”ulama terulung di zamannya. yaitu Asy-Syeikh Muhammad bin Isma”il Al-Kurani telah menjadi murabbi Sultan Muhammad.

Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ”ulama terulung di zamannya. yaitu Asy-Syeikh Muhammad bin Isma”il Al-Kurani telah menjadi murabbi Sultan Muhammad. Bahkan Sultan Muhammad menyebut murabbinya sebagai Abu Hanifah di Zamannya. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur”an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunah Rawatib dan Shalat Tahajud sejak baligh.

Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu” setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ”Ain Al-Jalut” melawan tentara Mongol). Sebelumnya sudah ada warisan Seorang ilmuwan Dinasti Ustmaniyah ini juga mampu menemukan meriam. Meriam seberat 700 ton dan peluru 1500 kilogram merupakan teknologi baru dan belum pernah dipakai pada peperangan sebelum-sebelumnya. Dengan adanya penemuan meriam ini, benteng kota Konstantinopel setinggi 30 m dan tebal 10 m akan lebih masuk akal untuk dirobohkan. Saatnya kita berlayar dan mengarungi menyelami usaha Sultan Muhammad menaklukan benteng legendaris Konstantinopel.

Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu (ada ladi menyebutkan 150ribu) pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah SAW terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam. Meriam itu Midfa’ Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel. yang dibuat oleh seorang ahli pembuat meriam dari Konstatin yang mendukung usaha SUltan Muhammad II.

Muhammad II mengirim surat kepada kaisar Byzantium untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Konstantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan. Kaisar Byzantium berusaha mendapatkan pertolongan dari negara-negara Eropa. Beliau memohon pertolongan dari gereja Katholik roma, sedangkan ketika itu semua gereja di Kostantinopel menjadi beraliran Orthodoks. Demi mendapatkan bantuan, Constantine XI Paleologus setuju untuk menukar aliran di kostantinopel demi menyatukan kedua aliran yang saling bermusuh itu. Perwakilan dari Eropa telah tiba di konstantinopel untuk tujuan tersebut. Constantine XI berpidato di Gereja Aya Sofya menyatakan ketundukan Byzantium kepada Katholik Roma. Ternyata hal itui telah menimbulkan kemarahan penduduk Kostantinopel yang beraliran Orthodoks. Sehingga ada di antara pemimpin Orthodoks berkata, “Sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi Byzantine ini sorban orang Turki (muslim) daripada aku melihat topi Latin!” Situasi ini telah mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap keputusan Constantine XI yang dianggap telah berkhianat.

Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad II tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT Dia juga
membacakan ayat-ayat Al-Qur”an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ”Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT #alFatih1453

Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta”ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.

Sumber: http://www.facebook.com/yudaaldurra134/posts/4104127089667?ref=notif&notif_t=feed_comment_reply

 

 

 

Perempuan “Cantik” Indonesia

Penyesatan kaum perempuan pada era kontemporer telah menampakkan hasil yang memilukan.Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, dengan corak pakaian santun kini menjadi bias. Cerminan pribadi muslimah yang terbingkai dalam totalitas keshalihan sulit ditemui. Menjadi barang mahal dan langka bak intan permata.

Kebanyakan muslimah hari ini lupa akan keindahannya yang hakiki, memilih kehinaan dengan menina bobokkan agama. Menidurkan keimanan dan terlelap dalam kemewahan fana. Budaya materialistis menjadi tolak ukur kemuliaan seseorang.

Sebagian perempuan gamang dalam menatap masa depan. Media Indonesia (MI) tertanggal 3 Maret 2012 heboh dengan judul berita utama “Indonesia Peringkat Ke-1 Pengunduh, Pengunggah Situs Porno”. Modernisasi yang tidak terkendali hanya mampu menjual cita- cita generasi Bangsa. Angka aborsi yang dilakukan remaja putri melonjak drastis.

Mengambil data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, kota Banjarmasin pada 2010 terdapat 50 kasus persalinan bayi dengan status bapak tidak jelas. Meningkat hingga 235 kasus tahun 2011. Dalam kesempatan lain memaksa aborsi, menghukum mati janin tidak bersalah.

Perilaku seks bebas telah menjadi wabah penyakit, mengutip (AntaraNews 15/11/2010) terungkap penyakit HIV /Aids mencapai 130.000 orang. Fenomena ini adalah pil pahit yang harus ditelan. Pengobatan perbaikan akhlak perempuan Indonesia perlu digencarkan.

Penyakit fisikis yang disebabkan mental pecundang anak muda, juga menuntut kerusakan fisik. Berdasarkan data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), pengguna narkoba sampai Februari 2011 di Indonesia dari jumlah pelajar dan mahasiswa sebanyak 921.695 orang.

Pelajar dan mahasiswa yang notabene tumpuan harapan justu terikut arus propaganda kenistaan moral. Terombang- ambing tidak tentu arah. Perjuangan anak Bangsa ditengah kegalauan penguasa yang tidak mampu menuntaskan masalah, semakin menunjukan kerendahan peradaban negeri ini.

Kehadiran media internet mempermudah akses perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga mampu meningkatkan ritme galau anak muda. Menelisik kembali dokumentasi (Antara, 24/6/2010) gerakan Jangan Bugil Depan Kamera (JBDK) mengungkap selama 2010, masyarakat Indonesia berada pada urutan keempat di dunia yang suka membuka situs porno.

Over galau pun semakin kongkrit dengan rata-rata 2 video porno setiap hari diproduksi (Hidayatullah, Juni 2008). Tindakan amoral itu justru dilakukan oleh remaja melalui telepon genggam. Menyebarkannya lewat internet dan bisa diakses oleh siapapun di seantero negeri.

Seks bebas, Narkotika dan penyalahgunaan internet dapat mematikan potensi muslimah. Terbelenggu dengan kebiasaan buruk budaya Barat. Berawal dari pola pikir yang salah dengan menjadikan pakaian seksi sebagai hal yang lumrah dan wajar.

 

Fatamorgana dunia

Pemikiran remaja putri Indonesia dibombardir dengan serangan gaya hidup dan fashion yang berkiblat ke Barat. Menjadikan Negara adidaya sebagai panutan. Padahal, mereka justru kehilangan identitas adat Timur yang sopan dan menjunjung tinggi etika.

Mendiagnosa gaya hidup glamor orang Barat, kita akan menemukan pemikiran yang tidak orisinil dan secara tidak langsung merendahkan derajat perempuan. Pionir emansipasi wanita dijadikan senjata oleh kaum feminisme. Menjadikan tubuh mereka sebagai bahan jualan, memanen keuntungan demi memenuhi target materi.

Belenggu emansipasi wanita dicerahkan oleh Hasan Al Banna dalam revitalisasi gerakan. Ulama tersohor yang banyak memberikan kontribusi terhadap metode gerakan dakwah pada zaman kontemporer, turut menyuarakan aspirasi perempuan.

Beliau menjelaskan bahwa akan tiba masanya kebatilan dikemas dalam kajian filsafat untuk mengelabui masyarakat awam. Teori yang mereka propagandakan seolah kebenaran yang tidak bisa direvisi.

Masih mengutip wacana Al Banna, pada taraf propaganda maka atas nama kebebasan, mereka mengatakan kepada perempuan muslimah yang rapi menutup aurat, “Pakaian yang anda kenakan adalah kuno, mengekang kebebasan, menutupi kecantikan, budaya Arab dan membatasi dirimu menikmati hidup”.

Tak ayal, remaja putri Indonesia termakan budaya yang mengekspost kecantikan, harta dan kedudukan sebagai modal dasar yang tidak bisa ditawar- tawar. Dunia wajar untuk dinikmati, namun ada batas yang Allah berikan dengan tujuan memuliakan kaum hawa.

 

Sinyal Kemenangan

Gelombang kehidupan perempuan secara fundamental menyisakan secercah harapan. Ditengah kegalauan anak Bangsa, saat ini mulai marak generasi muda yang kembali beriman kepada Islam.

Menggelorakan seruan kebenaran menuju masyarakat madani. Mereka kaum muda yang masih belia dan segar. Kebaikan dan keburukan pun bertanding. Remaja putri bebas menentukan pilihan. Ingin ikut pada propaganda hedonisme dengan kenikmatan sesaat ataukah stayle hidup yang menjanjikan kemuliaan dunia akhirat.

Militansi perempuan yang ditorehkan dalam organisasi pemuda tingkat kampus maupun sekolah adalah upaya solutif yang ditawarkan. Melalui talk show, diskusi, ceramah, seminar, bakti sosial yang dilakukan, secara tidak langsung menempa anak Bangsa bermental pejuang. Demikianlah cerminan perbaikan para muslimah dalam tataran dunia pendiddikan.

Mengkambinghitamkan Islam sebagai agama yang menghalangi prestasi dan mengekang perempuan adalah propaganda
yang menyesatkan. Pada masa Rasulullah, para sahabiah mampu merefleksikan beragam kemandirian ideal. Semangat yang menggelora mampu membawa gemilang agama melalui perannya dalam menoreh karya terbaik untuk umat dan dunia.

Aktualisasi peran muslimah memiliki efek ganda, dengan 1 prestasi yang diukir mampu mempengaruhi beberapa kali lipat besarnya perubahan bagi semesta. Khadijah ra adalah busines women tangguh yang disegani pada zamannya. Aisyah ra dengan kecerdasan pemahaman hadist dan Asma binti Yazid sang diplomasi hebat. Mereka contoh pribadi anggun dan bersahaja yang mengejawantahkan belenggu agama.

Prestasi yang mereka torehkan membuktikan kapabilitas perempuan unggul. Untuk menuju masa pencerahan, remaja Indonesia penting untuk mempelajari bibiografi dan memetik hikmah atas perjalanan hidup muslimah sekelas para sahabiah.

 

Persepsi Cantik

Fitrah setiap perempuan menginginkan tampil cantik. Kecantikan luar dalam akan membingkai kepribadian muslimah terlihat indah, mulia dan penuh karisma.

Dra Hj Kastini S Kaspan MPd, magister pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengungkapkan banyak wanita yang memiliki kecenderungan menggantungkan kebahagiaan pada materi, di antaranya kecantikan wajah dan perhiasan. Akibatnya, jika tidak terpenuhi, maka banyak wanita yang merasa kurang bahagia.

Esensi nilai cantik tidak cukup hanya dilihat dari wajah dan bentuk tubuh, apalagi sebagai penentu kebahagiaan. Perempuan perlu ilmu dan ruhaniyah dalam menampilkan keaslian keindahannya. Keshalihan muslimah akan lebih memancarkan kecantikan, karena sifat inner beauty lebih kekal daripada sekedar penampilan fisik.

Sejatinya inner beauty merupakan refleksi akhlak, mencerminkan aura kecantikan yang muncul dari hati nurani perempuan berupa kekuatan spiritual, memanifestasikan dalam balutan tingkah laku sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul Nya.

Ibnu Abbas, pernah mendengar Rasulullah berkata, sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya dari dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan dalam rezeki, dan menumbuhkan rasa cinta manusia padanya. Artinya nilai cantik diukur dari amal seorang muslimah dalam memberikan manfaat sebanyak- banyaknya kepada ummat.

Kecantikan hakiki tidak lekang oleh perubahan zaman dan waktu. Walaupun kondisi remaja Indonesia hari ini lebih cenderung pada pergaulan bebas, tapi upaya melestarikan dan meningkatkan kualitas perempuan tidak boleh ditinggalkan.

Berbaur namun tidak melebuh, demikian sikap aktivis perempuan dalam menyikapi polemik kehidupan yang menawarkan kenikmatan sesaat. Membangkitkan inner beauty secara simultan dan kontiniu, bertahap terus menerus sesuai tuntunan Islam.

Kebaikan penting untuk ditularkan, sebaliknya keburukan harus segera diredam. Usaha berkesinambungan harus terus digencarkan. Ibu yang memiliki anak remaja lebih giat dalam memberikan teladan terbaik buat anak-anak. Begitupun bagi ayah dan seluruh pihak untuk menuntaskan permasalahan moralitas remaja yang rendah.

 

Pilihan Sendiri atau Pilihan Murabbi?

Bismillahirrahmanirrahim…

Ada banyak cerita yang aku dapatkan tentang proses ta’aruf selama ini. Dari sekian banyak cerita, ternyata ada yang sungguh dramatis dan tragis. Seperti apakah ceritanya?

Seperti judul di atas, cerita ta’aruf yang akan diangkat di sini tentang pilihan sendiri atau pilihan murabbi. Ada yang pernah bilang: “Salah ga sih kalo ada ikhwan yang sudah punya pilihan sendiri kemudian mengajukan sebuah nama kepada murabbinya?”

Tentu hal ini tak salah dan tak melanggar syar’i. Ketika memang sudah ada kecenderungan dengan seorang akhwat dan memang sudah siap nikah, maka keberanian mengajukan sebuah nama kepada seorang murabbi bukanlah hal yang tak syar’i. Banyak yang bilang bahwa ketika sudah menunjuk sebuah nama, apalagi misalnya satu organisasi, sering berinteraksi selama ini, khawatir bahwa sudah terkotori dengan hal-hal yang tak suci. Itu semua hanya kekhawatiran yang seharusnya diikhtiarkan dengan menjaga prosesnya.

Apakah proses ta’aruf itu hanya dengan orang yang belum dikenal sama sekali? Ingatkah kita kisah Fatimah dan Ali? Mereka berdua adalah sepupu, sudah saling kenal. Ali mencintai Fatimah karena akhlaq Fatimah yang begitu mulia ketika ia lihat dalam kesehariannya. Begitu pun Fatimah yang ternyata telah mencintai Ali sebelum menikah dengan Ali. Ingatkah pula kita kisah Salman Al Farisi yang berkehendak meminang seorang wanita dengan bantuan Abu Darda? Bukankah Salman memang telah ada kecenderungan terlebih dahulu pada wanita itu hingga akhirnya meminta Abu Darda meminangkan wanita itu untuk Salman? Namun memang pada akhirnya, Salman tak berjodoh dengan wanita itu karena wanita itu menginginkan Abu Darda sebagai suaminya.

Jadi, memang tak salah jika seorang ikhwan sudah memiliki kecenderungan terlebih dulu terhadap seorang akhwat dan berani mengajukan nama kepada murabbinya. Nah kadang yang jadi masalah itu adalah bagaimana mengkomunikasikan hal ini kepada murabbi.

Yuk, simak dua kisah berikut ini.

Ada seorang ikhwan yang sudah memiliki kecenderungan dengan seorang akhwat satu organisasi. Ia pun siap menikah. Namun, dalam prosesnya, ia tak meminta sang murabbi sebagai fasilitatornya, melainkan meminta sang kawan yang menjadi fasilitatornya. Hal ini ia lakukan karena sang murabbi sudah punya proyeksi akhwat untuk ikhwan ini, yang tak lain tak bukan adalah adik sang murabbi sendiri, ada rasa tak enak mungkin. Sebenarnya tak masalah jika murabbi bukan sebagai fasilitator proses ta’aruf, asal dikomunikasikan dari awal. Entah mungkin merasa tak enak dengan sang murabbi, akhirnya ikhwan itu berproses dengan akhwat tersebut lewat jalur ‘swasta’, yang ternyata akhwat ini pun punya kecenderungan yang sama, yang lagi-lagi juga sama, tak mengkomunikasikan dengan murabbinya. Hingga akhirnya menjelang menikah, barulah mereka berdua bilang ke murabbinya.

Lantas bagaimana tanggapan sang murabbi? Murabbi sang ikhwan bilang: “Antum cari aja murabbi lain…”.Jleb. Dalem euy, hingga akhirnya sang ikhwan ‘kabur’ dari lingkaran. Begitu pun dengan sang akhwat, ternyata keluar juga dari lingkarannya. Dan mereka menikah. Namun amat disayangkan karena ternyata pernikahan mereka tak sesuai yang diharapkan. Ikhwan yang di mata sang akhwat begitu dewasa ketika dalam organisasi, ternyata begitu kekanakan dalam rumah tangga. Dan sang akhwat ingin segera bercerai walaupun sudah dikaruniai seorang anak. Huuffh… apakah ini sebuah pernikahan yang tak diridhoi murabbi?

Kisah kedua lain lagi ceritanya. Jika cerita pertama terkesan tak menghargai murabbinya, maka cerita kedua kebalikannya. Ada seorang ikhwan yang sudah siap menikah dan sudah punya kecenderungan dengan akhwat yang sudah dikenalnya. Namun kemudian sang murabbi menawarkan akhwat lain untuk berproses dengannya. Karena sang ikhwan begitu tsiqah dengan murabbinya terkait masalah jodohnya ini, maka ia pun menerima tawaran sang murabbi untuk berta’aruf dengan akhwat pilihan murabbi yang belum ia kenal sebelumnya.

Proses pun lancar hingga akhirnya diputuskan tanggal pernikahan. Namun apa yang dilakukan sang ikhwan sepekan menjelang pernikahannya? Ia mengirim email kepada akhwat yang dicenderunginya itu, mengatakan bahwa ia siap membatalkan pernikahannya jika sang akhwat meminta untuk membatalkannya. Lantas apa reaksi sang akhwat? Akhwat itu hanya bilang: “jangan bodoh Antum, seminggu lagi Antum udah mau nikah, undangan udah disebar, apa ga malu nanti keluarga besar Antum?”

Dan akhirnya ikhwan itu tetap menikah dengan akhwat pilihan murabbinya. Qadarullah, setelah beberapa minggu menikah, sang istri rupanya melihat email yang dikirim sang ikhwan ke seorang akhwat yang dicenderungi sang ikhwan. Kaget luar biasa tentunya dan akhirnya sang istri menemui akhwat tersebut dan bilang: “kenapa mba ga bilang kalo ikhwan itu udah ada kecenderungan dengan mba dan begitu pun dengan mba udah ada kecenderungan dengan dia. Kalo saya tahu, saya akan membatalkan pernikahan saya, mba…”. Dan entahlah bagaimana kisah selanjutnya.

Ya. Itu dua kisah yang amat dramatis dan tragis tentang sebuah proses ta’aruf menuju jenjang pernikahan. Yang satu punya pilihan sendiri dan mengikuti pilihannya sendiri tanpa mengkomunikasikannya dengan sang murabbi sedangkan yang satunya lagi memilih pilihan murabbi walaupun sudah punya pilihan sendiri, dan lagi-lagi tak mengkomunikasikan tentang pilihan sendirinya ini kepada sang murabbi.

Jika dilihat dua kasus di atas, apa sebenarnya yang menjadi kunci dari masalah ini? K-O-M-U-N-I-K-A-S-I. Ya, komunikasi antara sang ikhwan dan murabbi yang bermasalah. Padahal jika saja hal-hal dalam penjemputan jodoh dikomunikasikan dengan baik kepada sang murabbi, maka tak akan terjadi kisah tragis dan dramatis seperti di atas. Namun karena kisah ini sudah terjadi, maka semoga menjadi pelajaran bagi kita yang mungkin sedang berikhtiar kearah sana.

Hilangkan rasa sungkan untuk mengkomunikasikan kepada murabbi jika memang sudah punya pilihan sendiri. Begitu pun dengan seorang Murabbi, alangkah lebih baik menanyakan terlebih dulu kepada binaannya apakah sang binaan sudah mempunyai pilihan atau belum, karena mungkin ada yang sungkan untuk mengatakannya pada Murabbi. Bagaimanapun seorang murabbi adalah orangtua kita, yang tau banyak tentang kita, sudah selayaknya kita pun menghargainya, setidaknya berdiskusi dengan murabbi untuk setiap pilihan kita, tentunya berdiskusi pula dengan orangtua kandung kita. Intinya, sama-sama dikomunikasikan kepada orangtua maupun murabbi. Entah jika memang sudah punya pilihan sendiri atau pilihan murabbi
. Semoga kedua kisah di atas tak menimpa kita. Aamiin.

Tulisan ini dibuat hanya untuk mengingatkan kita tentang proses ta’aruf yang menjadi gerbang awal sebuah pernikahan, sudah selayaknya proses ta’aruf itu terjaga dari segala bentuk ketidaksucian niat, ikhtiar dan tawakal. Hati-hati juga jika kemudian timbul bisikan-bisikan setan akibat berlama-lama dalam menyegerakan jika memang sudah siap menikah dan sudah punya pilihan sendiri ataupun murabbi.


Sumber:http://www.dakwatuna.com/2012/05/19800/pilihan-sendiri-atau-murabbi/#ixzz1vZG72k97